Masalah. Apasih tujuan
Allah menghadirkan sebuah masalah kepada manusia? Sebuah pertanyaan yang pernah
terlintas pada diriku saat masih
berstatus siswa sekolah dasar. Entah mengapa pertanyaan itu tak pernah
terlontar, hanya sekedar pertanyaan disaat aku sendiri termenung di kamar
(ceilah…). Saat itu aku memang tidak ambil pusing bahkan saya tidak berniat
untuk mencari tahu jawabannya, yah maklm anak SD kepikiran sesuatu tiba-tiba
keinget main ilang deh pertanyaannya. Haha…
Lulus sekolah dasar,
orangtua ku berniat memasukkan aku di sebuah asrama yang berbasic pesantren.
Nah, bagiku itu masalah banget, lalu secara ajaib muncul deh pertanyaan yang
sama “Mengapa dalam hidup Allah selalu menghadirkan sebuah masalah? Apasih
sebenarnya tujuan Allah?”, rada sebel juga waktu itu apalagi keputusan Abi
(panggilanku pada bapak) gak bisa diganggu gugat. Maka, dengan sedih aku masuk
kamar mulai merenung. Mesti bakalan
timbul masalah-masalah baru kalo jadi di pesantren, pikir saya waktu itu. Tapi
disini penulis bukan mau ngomongin cerita awal masuk pondok.
Nah, singkat cerita
aku sudah merasa kerasan dengan lingkungan pondok. Tahun ke tiga yang berarti
aku sudah kelas 3 SMP atau lebih kerennya kelas 9, di pondok terjadi pergantian
musyrifah (pengasuh). Musyrifah yang baru ini terkenal sangat merangkul dan
sangat mengayomi. Saat itu juga bersamaan penerimaan santri baru. Ketika ada
santri baru pasti malamnya akan diadakan acara taaruf atau perkenalan. Diforum
itu, musyrifah baru (sebut saja mb Indah) meminta kepada kita para santri lama
untuk membimbing santri yang masih baru dalam segala hal yang bersangkutan
kewajiban santri di dalam pondok. mb Indah juga mewanti-wanti kepada kita
(santri lama) agar saat menegur menggunakan bahasa yang baik dan tidak
menyinggung. Dilarang tuh memberitahu dengan cara menyindir baik halus apalagi
kasar. Kita santri lama juga berkewajiban menciptakan suasana yang membuat
santri baru betah di pondok. Tidak main-main, jika hal tersebut tidak
dipatuhi(oleh santri lama) maka akan ada sanksinya. Satu kalimat dari mb Indah
yang sampai sekarang masih aku ingat adalah “Lihatlah 3 tahun mendatang, santri
baru ini akan memiliki sikap dan sifat yang jauh berbeda dari kalian, karena
mereka dididik dengan kasih sayang bukan siapa yang menang.” Ketika itu saya
sedikit tertegun, apa iya? Akankah generasi santri yang baru ini akan memeliki
akhlak yang pasti baik dari pada kami para santri lama?
Saat kebijakan
tersebut dijalankan, kok aku jadi merasa aneh. Mengapa? Karna saat aku pertama
kali masuk di pondok ini, maka aku dihadapkan pada dua permasalahan yang besar
(menurutku) yaitu, beradaptasi dengan lingkungan pondok dan beradaptasi dengan
penghuni pondok. Nah kalo santri baru yang kali ini berbeda, mereka hanya
dihadapkan satu permasalan yaitu, beradaptasi dengan lingkungan pondok, lah
yang penghuni pondok? Disinilah letak keanehan yang aku rasakan, aku merasa
mereka tidak terlalu berdaptasi pada santri lama, karna pada hakikatnya santri
lama lah yang beradaptasi kepada mereka. Karna santri lama harus menciptakan
suasana yang menjadikan santri baru betah.
Sejujurnya aku sangat
menunggu tiga tahun yang dikatakan mb Indah waktu itu. Dan sekarang tiga tahun
lebih telah berlalu. Lantas adakah perbedaan itu? Tentu, bahkan perbedaan itu
sangat terasa. Perbedaan ini sangatlah mencolok ketika kami (santri baru dan santri
lama) dihadapkan pada suatu tanggung jawab. Santri lama akan langsung tanggap,
sedang santri baru mereka hanya mengikuti santri lama. Mengapa? Karna mereka
terbiasa diayomi, mereka terbiasa dibantu dalam menyelesaikan masalah. Maka
saat tanggung jawab itu dihadirkan mereka akan mengatakan “tidak bisa”, “tidak
mampu” kalaupun mereka menyanggupi, mereka akan kewalahan dan tidak percaya
diri.
Disinilah, Allah telah
menjawab pertanyaan ku saat aku masih SD. Pertanyaan ini dijawab oleh-Nya
dengan sebuah pengalaman yang berkesan. Dari pengalaman ini aku jadi tahu, jika
masalah yang Allah hadirkan bukan untuk menjatuhkan ku melainkan untuk mendidik
karakter ku. Dengan masalah aku jadi senatiasa berbenah diri dan memperbaiki
niat. Karena adanya masalah aku bisa tahu kiat-kiat cara mengatasinya, dan
apabila kelak masalah yang sama datang kembali aku tak perlu takut langsung
hajar saja, hehe…
Sahabat, Allah
menghadirkan masalah sekarng kepada kita agar kita lebih siap menjalani hidup
di masa depan. Ibarat pembuat handphone, perusahaan akan menguji coba seberapa
kuat dan awetkah ketahanan handphone saat terkena panas atau terkena air
sebelum handphone itu sampai di tangan pengguna. Allah pun begitu, ketika Ia
menetapkan suatu ketetapan kepada hamba-Nya, maka Ia akan menghadirkan masalah
sebagai ujian, akankah hamba ini tetap istiqomah. Ketika seorang hamba yang
senantiasa berdoa kepada Allah agar diberikan
kekuatan dalam hidup, dan Allah beri ia sebuah masalah yang lebih besar
namun ia tetap istiqomah berserah diri kepada Allah. Maka ketika masalh itu
datang dari orang lain sebesar apapun itu, hamba itu akan percaya Allah akan
membantunya untuk meyelesaikan masalah itu.
Sahabat, saat masalah yang datang
kepada mu tersa berat, maka datanglah engkau pada Nya yang memberi masalah.
Mintalah kepada-Nya kekuatan untuk menyelesaikan masalah itu, jangan engaku
meminta dihindarkan dari masalah. Karena sesungguhnya hidup ini dalah
perjuangan menyelesaikan masalah-masalah yang datang. Kalau kata orang Bantul
(karna saya orang Bantul, hehe..) “Sek
jenenge urip ki mesti akeh masalah, nak ora ana masalah jenenge ra urip”
yang namanya hidup pasti banyak masalah, kalo gak ada masalah namanya gak
hidup. So… mulai sekarang jangan pandang masalah ini musuh bebuyutan,
pandanglah masalah adalah seorang guru besar yang kelak akan merubah karakter
kita menjadi manusia yang lebih berkualitas.
Wallahualam
Oleh : Atikah_wulan
Komentar
Posting Komentar